Ketika sekelompok ilmuwan ke lapangan untuk meneliti partisipasi perempuan dalam manajemen hutan kemasyarakatan dalam masyarakat Nikaragua, mereka kebingungan.
Lelaki mendominasi lokakarya dan pertemuan. Bagaimana mau mendorong partisipasi lebih berkeadilan jika perempuan tidak hadir atau bungkam?
Mereka menemukan jawabannya di kebun singkong. Perempuan dalam kesehariannya berada di kebun dan di hutan, mengukur tinggi pohon, membandingkan hasil panen, bertanya dan menarik kesimpulan.
Para peneliti kemudian menyadari, pekerjaan pemantauan berpotensi menjadi jalan bagi pemberdayaan perempuan. Seiring dengan temuan itu, para anggota tim penelitian juga mendapat pelajaran penting mengenai diri mereka sendiri.